Saturday, January 15, 2011

Pesan Obama Untuk Indonesia

by Cecep Zakarias El Bilad. Rabu (10/11) menjadi hari yang bersejarah bagi Indenesia. Pada hari itu, publik Indonesia menyaksikan pidato Presiden Amerika Barack Obama yang disampaikan langsung di Jakarta. Pidato yang disampaikan di kampus UI itu adalah bagian dari rangkaian agenda dalam kunjungan kenegaraannya selama dua hari sejak Selasa (9/11) di Indonesia. Nilai sejarah yang muncul pada hari itu bukan terletak pada kunjungan pemimpin negara superpower itu, tetapi pada pidato, tepatnya isi pidato presiden Obama. Isi pidato itu sekaligus menjawab “hinaan” William Liddle terhadap Indonesia dalam tulisannya di harian Kompas pada Rabu (3/11) lalu. Ada tiga topik yang diangkat dalam pidato yang berlangsung sekitar setengah jam itu, yaitu pembangunan (development), demokrasi dan keagamaan. Dalam tiga topik ini, Obama mengungkap nilai penting Indonesia bagi Amerika. Pembangunan Sebagai orang yang pernah menghirup udara Indonesia di masa kecilnya, presiden Obama dalam pidatonya mengakui pembangunan pesat yang telah dicapai Indonesia. Jakarta yang dilihatnya saat ini berbeda jauh dari yang ia rasakan beberapa dekade lalu saat ia tinggal 4 tahun bersama ayah angkatnya. Kini ibu kota dipenuhi gedung-gedung pencakar langit dan dihiasi mode transportasi yang jauh berbeda dengan dahulu yang didominasi oleh becak dan andong. Sepintas, pujian Obama ini mungkin membuat hati rakyat dan para pemimpin kita berbunga-bunga. Nampak dari tepuk-sorak para hadirin yang terdiri dari para elit pejabat, politikus, dosen dan mahasiswa. Tapi ibarat pedang bermata dua, ekspresi kekaguman Obama ini sebenarnya lebih merupakan tamparan bagi para pemimpin bangsa. Mungkin dalam benaknya Obama sudah tahu, di balik hamparan sempit gedung-gedung mewah di kanan-kiri rute perjalanannya di Jakarta, terbentang luas perumahan-perumahan kumuh, kemacetan, sungai dan selokan-selokan kotor dan bau. Mungkin dalam hatinya Obama terkekeh atau sebaliknya miris dengan kemiskinan, kelaparan, malnutrisi, anak-anak putus sekolah, kerusakan hutan dan bencana alam yang terhampar dari Sabang sampai Merauke. Maka dalam poin tentang pembangunan ini Obama membelokkan fokusnya pada peran Indonesia dalam kancah regional. Di Asia Pasifik Indonesia adalah di antara negara terdepan dalam isu penanganan perubahan iklim. Sebagai negara dengan luas hutan tropis terbesar ketiga di dunia, pemerintah Indonesia cukup kooperatif dalam upaya global menyelesaikan krisis lingkungan hidup ini. Sementara di tingkat ASEAN, peran Indonesia terasa lebih sentral. Apalagi pada 2011 besok, Jakarta akan mendapat giliran memimpin organisasi bangsa-bangsa Asia Tenggara itu. Indonesia dinilai sangat getol mengampanyekan penegakkan HAM di ASEAN. Secara politik Indonesia adalah negara demokratis yang relatif stabil. Sementara secara demografis, Indonesia berpenduduk terbesar keempat dunia – terbesar di ASEAN. Pertumbuhan ekonominya pun cukup stabil. Dari sini Indonesia jelas merupakan pemain penting di kawasan dan sekaligus adalah pasar paling signifikan bagi produk-produk Amerika. aka kerjasama yang lebih intens dalam bidang ekonomi dan bisnis akan memberikan keuntungan yang besar bagi kedua belah pihak. Misi ekonomi yang dibawa Obama pada kunjungannya kali ini juga memiliki arti strategis bagi Amerika untuk membendung ekspansi bisnis China yang saat ini telah merambah Indonesia. Sementara bagi Indonesia, misi ekonomi Obama ini akan menjadi tantangan atau malah ancaman bagi para pebisnis lokal, pelaku usaha menengah dan kecil, atau bahkan para petani. Oleh karenanya, kebijakan pemerintah ke depan terkait misi ekonomi yang tersembunyi di balik kata “pembangunan” ini akan menunjukkan kepada siapa pemerintah berpihak, Amerika atau rakyat. Walau bagaimanapun, Obama tetaplah Obama, seorang presiden yang menggondol kepentingan nasional negaranya. Bukan lagi anak ingusan yang tinggal di Menteng Dalam. Demokrasi Lebih lanjut Obama menyatakan, kemajuan ekonomi dan demokrasi adalah dua hal yang saling menopang. Kemapanan menjadi tidak bermakna tanpa kemerdekaan. Indonesia telah membuktikan diri sebagai negara kuat. Indonesia telah sukses melewati krisis ekonomi 1997, dan berhasil bertahan dari terjangan krisis keuangan global yang menimpa belum lama ini. Obama menegaskan, setiap anak di Indonesia dari Sabang sampai Merauke berhak memperoleh perlakuan yang setara. Tentu yang dimaksud adalah perhatian pemerintah terhadap seluruh anak bangsa dalam bidang pendidikan, kesehatan, kesempatan kerja, dan lain-lain. Jelas, idealisme kata-kata Obama ini kontras dengan kenyataan yang ada. Bisa jadi, kata-kata tersebut mengalir dari nurani Obama sebagai nasehat kepada pemerintah dan para wakil rakyat di Jakarta, bahwa mereka harus bekerja dengan serius dan profesional demi kesejahteraan rakyat secara merata. Sebagai satu-satunya presiden Amerika yang secara pribadi memiliki ikatan historis dan psikologis dengan Indonesia, tentu Obama pun tahu, gedung-gedung bertingkat, mode transportasi umum modern, fasilitas jalan raya dan pelayanan pendidikan yang relatif baik, dan berbagai tampilan lainnya yang disaksikannya di Jakarta, tidak akan dia temui di kota-kota lain di Indonesia, apalagi di pulau-pulau seberang. Bagi Obama, dengan keragaman suku, bahasa dan agama, Indonesia layak menjadi model bagi bangsa-bangsa lain dalam hal penegakkan demokrasi. Dengan Pancasila Indonesia memberi pesan pada dunia. Pesan bahwa perbedaan-perbedaan yang ada di antara rakyat Indonesia tidak menyusutkan nurani mereka untuk bersatu dalam NKRI. Semua golongan dapat berpartisipasi. Secara prosedural, hal ini terlihat dari partisipasi seluruh elemen bangsa dalam pemilu lima tahunan yang kerap berlangsung damai dan dimeriahkan oleh puluhan partai politik. Hampir semuanya memperoleh jatah kursi, di pemerintahan, DPR, MPR dan DPD. Memang, pujian Obama untuk demokrasi Indonesia ini agak naïf. Namun wajar. Obama datang ke Indonesia dalam kapasitas sebagai presiden Amerika. Berkunjung dalam rangka diplomasi. Untuk itu, hal-hal yang pantas dan positif saja yang perlu diungkapkan, termasuk tentang demokrasi Indonesia. Obama sama sekali tidak menyinggung poin esensial dari demokrasi yang hilang di Indonesia seperti pembangunan yang merata, kesempatan sama dalam pendidikan, terjaminnya pelaksanaan HAM dan tegaknya supremasi hukum. Keagamaan Keagamaan mungkin merupakan yang paling “membanggakan” dan relatif apa adanya. Puncak kekaguman Obama adalah pada prinsip Bhineka Tunggal Ika yang ia artikan sebagai unity in diversity. Indonesia adalah rumah bagi komunitas Muslim terbesar di dunia, namun mereka mau dan mampu hidup berdampingan secara rukun dengan komunitas-komunitas agama lain dalam atap Pancasila. Menurut Obama, semangat toleransi di Indonesia terpancar dari Istiqlal, masjid yang dikunjunginya tepat sebelum berpidato. Kata Istiqlal yang diambil dari bahasa Arab berarti kemerdekaan. Masjid terbesar di Asia Tenggara itu dirancang oleh seorang arsitek Kristen. Di sini Obama ingin menekankan, bahwa sejarah Islam di Indonesia adalah sejarah toleransi dan persaudaraan. Pujian Obama tentang toleransi di Indonesia memang tidak berlebihan jika kita menengok kepada negara-negara lain dengan komunitas Muslim sebagai mayoritas. Di antara negara-negara itu, tidak satu pun yang mampu menerapkan demokrasi sebaik Indonesia – paling tidak secara prosedural dalam pemilu. Maka demokrasi dan toleransi ini sebenaranya menjadi modal besar bagi Indonesia untuk menjadi bangsa yang maju seperti Amerika. Tiga tema hal itulah yang menjadi nilai penting Indonesia tidak hanya bagi Amerika, tapi juga dunia. Tanpa ketiganya, tentu setelah dari India, Obama akan lebih suka mampir ke Malaysia, Singapura atau Thailand, bukan ke Indonesia. Pesan lain yang tidak kalah penting dari Obama adalah: sejak kemerdekaannya Indonesia telah melalui jalan terjal untuk demokrasi. Namun perjalanan itu begitu berharga. Bangsa Indonesia baik Islam, Kristen, Hindu, Budha dan Konghucu, perlu belajar dari sejarahnya.Persatuan adalah kekuatan yang lebih besar dibanding perpecahan (unity is more powerful than division). Sebab Indonesia adalah milik orang Indonesia sendiri (Indonesia belongs to Indonesians)

No comments:

Post a Comment

silahkan anda berkomentar namun dengan tidak melakukan spam